Santri Memanggil | Aksi Damai..!!! #BoikotTrans7

Santri Memanggil | Aksi Damai..!!! #BoikotTrans7 | Pembacaan Sholawat Asyghil bersama | #CabutIZINTrans7 | Sebagai Respon Atas Tayangan Provokatif Trans7 yang telah Melecehkan dan Mencemarkan Nama Baik Santri, Kiai Pondok Lirboyo dan Kaum Pesantren.

10/16/20254 min baca

KOTA PEKALONGANnubatik.org - Sekitar seribu lebih santri, alumni pondok pesantren se-Kota Pekalongan dan sekitarnya, bersama Kiai, Ustadz, jajaran pengurus PCNU Kota Pekalongan beserta lembaga dan banom-banomnya, menggelar aksi unjuk rasa damai di halaman depan Gedung Aswaja PCNU Kota Pekalongan pada Rabu siang hingga sore (15/10/2025).

Aksi damai yang bertajuk "Santri Memanggil, Boikot Trans7!" ini digelar sebagai respons atas program siaran "Xpose Uncensored" yang ditayangkan Trans7 pada 13 Oktober 2025 yang dinilai telah melecehkan dan mencemarkan nama baik santri dan kiai, khususnya santri dan kiai Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Aksi yang dimulai sekitar pukul 14.00 WIB ini diiringi dengan berbagai lantunan selawat, khususnya Sholawat Asyghil. Sebelum menyampaikan orasi, para santri, alumni pesantren, kiai, dan seluruh yang hadir bersama-sama mengumandangkangkan Lagu Indonesia Raya serta Mars Syubbanul Wathon.

Secara bergiliran kemudian, sejumlah santri, kiai, dan perwakilan alumni berbagai pondok pesantren menyampaikan orasi. Orasi di antaranya disampaikan oleh Korlap Aksi, MSH Habib; KH Hadi Wibowo selaku perwakilan dari Himasal (Himpunan Alumni Santri Ponpes Lirboyo) Pekalongan; Kiai Fuad Kholis (mewakili alumni Ponpes Sarang, Rembang); KH Muhtarom (mewakili alumni Kesip Wahid Hasyim Jogja); KH Musadad (perwakilan Ikmap Ploso, Kediri); Ustaz Nur Sholeh (perwakilan Kesip Pemalang); KH Saiful Bahri (perwakilan Kesip Tebuireng, Jombang); dan Bu Nyai Hj Sochma Wifda (perwakilan Himasal putri). Diisi pula dengan pembacaan puisi oleh Najibul Mahbub dari Lesbumi PCNU Kota Pekalongan.

Dalam orasi-orasinya, pada intinya disampaikan bahwa narasi yang disampaikan pada program siaran Xpose Uncensored yang ditayangkan Trans7 pada 13 Oktober 2025 sangat melecehkan kiai, santri, dan pondok pesantren, khususnya melecehkan KH Anwar Mansyur dan santrinya, serta menyakiti seluruh santri, kiai, dan pondok pesantren di Indonesia. Mereka sangat keberatan dan mengecam keras tayangan tersebut serta meminta agar Pemerintah Indonesia melalui lembaga terkait yang berwenang, untuk menindak tegas pihak stasiun tv yang menayangkannya.

KH Muhtarom dan KH Saiful Bahri, dalam orasinya juga mengungkapkan bahwa peran para kiai dan para santri terhadap perjuangan dan kemerdekaan bangsa Indonesia sangatlah besar. Hanya saja, peran besar dari para santri, NU, seolah masih dikesampingkan oleh buku sejarah di Indonesia.

Aksi ini dihadiri pula jajaran forkopimda Kota Pekalongan. Mulai dari Wali Kota Pekalongan HA Afzan Arslan Djunaid, Kapolres Pekalongan Kota AKBP Riki Yariandi, Ketua DPRD M Azmi Basyir, perwakilan Kajari Kota Pekalongan, Ketua Pengadilan Negeri Pekalongan, serta sejumlah kepala OPD di lingkungan Pemkot Pekalongan. Turut hadir pula, perwakilan dari Transmart Pekalongan (CT Corp) di Pekalongan, Bambang Himawan.

Di hadapan para santri dan kiai, dia secara pribadi ikut berempati dan turut merasakan keresahan yang dialami para santri dan kiai. "Saya atas nama pribadi menyampaikan permohonan maaf. Semoga harapan teman-teman semua di sini bisa tersampaikan. Kami akan ikut memperjuangkan hal ini," ungkapnya.

Mewakili para santri dan kiai yang hadir dan PCNU, Kiai Mujib Hidayat kemudian membacakan sembilan poin petisi dalam aksi Santri Memanggil #BoikotTrans7.

Isi dari petisi tersebut, di antaranya mendesak manajemen Trans7 untuk meminta maaf secara langsung kepada Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada seluruh santri, kiai, dan pesantren di Indonesia. Permintaan maaf itu diminta disiarkan berulang minimal 13 kali dalam sepekan.

PCNU juga menuntut Trans7 mengembalikan marwah dan kehormatan kalangan pesantren, serta meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencabut izin siar stasiun tv dimaksud, karena dianggap menayangkan konten intoleran dan tidak sejalan dengan nilai Pancasila.

Selain itu, petisi tersebut meminta pemerintah menindak tegas akun dan media yang dinilai intoleran terhadap santri dan pesantren, mengevaluasi lembaga penyiaran yang merusak nilai moral, hingga mencopot pejabat publik yang berkomentar melecehkan santri dan kiai.

PCNU menegaskan, negara harus hadir melindungi dan mengayomi pesantren, serta melibatkan kalangan santri dan tokoh NU dalam penyusunan sejarah bangsa.

Aksi dilanjutkan dengan penandatanganan petisi oleh Wali Kota bersama Ketua DPRD, Kapolres, Dandim, perwakilan Kejari dan PN, Ketua PCNU, dan santri.

Korlap Aksi, MSH Habib, yang juga Ketua Lakpesdam NU Kota Pekalongan, menyampaikan aksi di halaman Gedung Aswaja PCNU Kota Pekalongan tersebut digelar untuk memfasilitasi para santri di Pekalongan agar tidak bertindak sendiri-sendiri.

"Kita memberikan fasilitasi agar santri se-Pekalongan kondusif, menyatu dalam satu suara. Tanpa kerusuhan, tanpa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kami juga sangat mengapresiasi pada santri-santri yang sudah tertib dalam aksi ini," katanya.

Dalam kegiatan tersebut, dia menyebutkan ada kurang lebih 1.200 yang ikut serta. Mereka berasal dari sejumlah pondok pesantren di Kota Pekalongan, juga para alumni pesantren dari Pekalongan dan sekitarnya, alumni pesantren di Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Jogja.

Melalui jaringan yang dimiliki, imbuh dia, serta berkoordinasi dengan jaringan santri nasional, pihaknya akan mendorong petisi yang disampaikan itu sampai ke pusat.

Wali Kota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djunaid, mengapresiasi aksi dari kalangan santri tersebut berjalan dengan tertib dan damai. Pada prinsipnya, dirinya bersama forkopimda mendukung apa yang disampaikan dalam aksi damai tersebut.

"Intinya kita mendukung dan akan kita sampaikan juga keresahan keresahan kita tentang tayangan di Trans7 kemarin. Saya juga tidak nyaman dengan tayangan kemarin dan saya lihat langsung. Alhamdulillah kegiatan ini berjalan aman," katanya.

Aksi berakhir dengan tertib. Para santri kemudian pulang ke pondok pesantren masing-masing, dengan diantar dan dikawal menggunakan truk patroli milik Polres Pekalongan Kota, Kodim Pekalongan, dan Satpol P3KP Kota Pekalongan.

Tim Liputan LTN NU Kota Pekalongan